Rehabilitasi Cedera Olahraga
Di dalam terminologi yang sederhana, cedera saat berolahraga terjadi ketika jaringan lunak bekerja melebihi kekuatannya.
` Ketidak seimbangan antara kekuatan jaringan (tingkat latihan) dan beban itu adalah hal penting di dalam memahami terjadinya cedera saat berolah raga dan memahami bagaimana cedera terjadi dan bagaimana cedera itu harus diperlakukan atau dicegah . Resiko dari injury berulang tidak hanya dengan mengurangi beban atau ketegangan, tetapi juga dengan meningkatkan tingkat latihan.
Banyak terjadi cedera saat berolahraga disebabkan karena bekerja terlalu berlebihan(overuse), disebabkan dari luar (external violence), disebabkan dari dalam atau dari diri sendiri(internal violence). Intensitas dan kuantitas yang meningkat dengan cepat akan berpengaruh pada kecepatan meningkatnya kekuatan otot dan sebagai konsekwensinya beban pada otot akan dipindahkan pada tendon dan tulang. Untuk menjaga terjadinya cedera karena bekerja terlalu berlebihan maka kuantitas latihan dan intensitas harus ditingkatkan secara perlahan-lahan sehingga otot, tulang dan tendon bisa menyesuaikan terhadap beban yang ditingkatkan.
Rehabilitasi pada cedera olahraga dibagi menjadi dua bagian:
Bagian 1 meliputi pembebasan dari kerusakan jaringan (tendon, ligament atau otot) sepanjang ada tanda-tanda bengkak atau nyeri. Adalah penting untuk menghindari istirahat yang terlalu lama selama menjalani latihan, dan latihan harus terus dilakukan pada jaringan-jaringan yang tidak mengalami cedera. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk memulihkan jaringan yang cedera dibandingkan untuk merusaknya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk memulihkan cedera seperti semula. istirahat selama latihan dapat memperlemah semua otot, tendon, ligament dan tulang:
• latihan kebugaran (bersepeda, berenang, lari dengan injury pada tubuh bagian atas apabila memungkinkan)
• latihan beban dengan semua otot yang tidak cedera
• stretching dan latihan ketangkasan untuk pencegahan dan koordinasi.
Bagian 2 meliputi rehabilitasi yang spesifik pada jaringan yang rusak, dengan tujuan membuat jaringan menjadi sangat kuat dan dapat mengatur beban yang diperlukan. Rehabilitasi yang spesifik harus dimulai 24-48 jam setelah cedera terjadi (sehingga tidak menimbulkan perdarahan yang lebih buruk).
PENCEGAHAN
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan peregangan/streching tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Pencegahan cedera Olahraga:
1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya
kontraindikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu, kaos kaki,
pelindung , dll)
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan harus rata
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya.
Terapi fisik bisa berupa pemanasan, pendinginan, listrik, gelombang suara, penarikan (traksi) atau latihan di air, bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap terapi latihan. Lamanya dilakukan terapi fisik tergantung kepada berat dan kompleksnya cedera yang terjadi.
Aktivitas atau olah raga yang menyebabkan cedera sebaiknya dihindari sampai cedera benar-benar sembuh. Lebih baik mengganti jenis olah raga daripada tidak melakukan aktivitas fisik sama sekali, karena sama sekali tidak melakukan kegiatan bisa menyebabkan otot kehilangan massa, kekuatan dan ketahanannya.
Terapi Latihan adalah salah satu yang paling penting dan pengobatan yang efektif untuk mengurangi dan mencegah rasa sakit.. Latihan juga menawarkan manfaat kesehatan umum bagi orang-orang, tanpa memperhatikan apakah mereka tidak menderita sakit.
Terapi Latihan.
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan program latihan yang diberikan secara bertahap. Hal ini dapat membantu proses penyembuhan yang lebih efektif daripada terapi menggunakan terapi modalitas.
Terapi latihan diberikan untuk :
a. Rekreasi.
b. Pencegahan Penyakit.
c. Rehabilitasi (pemulihan)
TERAPI LATIHAN.
Terapi latihan pada fisioterapi ada tiga tindakan, yaitu :
1. Passive exercise.
Terapi latihan yang keseluruhan gerakan anggota tubuh pasien digerakan oleh orang lain. (100 % dibantu olah orang lain), karena pasien tidak mampu untuk menggerakannya sendiri. Terapi ini biasanya diperuntukaan untuk pasien yang mengalami patah tulang dan stroke.
Tujuan terapi ini adalah untuk :
a. Menghilangkan kekakuan.
b. Agar otot-otot dapat belajar untuk bergerak kembali.
2. Active Passive exercise.
Terapi latihan yang mengerakkan anggota tubuh pasien adalah pasien sendiri dan dibantu oleh orang lain. Terapi ini dipakai untuk pasien yang mengalami tirah baring. Tujuannya untuk memacu kembali atau untuk mengembalikan kekuatan otot-ototnya.
3. Active exercise.
Terapi latihan yang keseluruhannya dilakukan oleh sipasien itu sendiri (100% digerakan oleh pasien itu sendiri). Tujuan terapi ini adalah untuk
a. meningkatkan kekuatan otot (strength).
b. Meningkatkan daya tahan (endurance).
c. Meningkatkan keseimbangan(balance).
d. Meningkatkan koordinasi.
Adapun terapi latihan masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori:
• Flexibility. Fleksibilitas. Ini termasuk berbagai-of-gerak dan latihan peregangan yang membantu memudahkan gerakan di sendi.
STRETCHING.
Ada dua macam stretching, yaitu :
1. Calistenik (statis)
Stretching yang dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh lalu ditahan selama beberapa saat tanpa penggulangan. Pada fisioterapi stretching ini sangat penting dan sering digunakan, karena dapat mencegah terjadinya microtear (sobeknya serabut otot-otot kecil/sedikit).
2. Balistik (dinamis).
Stretching yang dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh secara berulang-ulang tanpa adanya tahanan. Sterching ini dapat mengakibatkan terjadinya microtear apabila tidak dilakukan terlebih dahulu stretching calistenik, oleh sebab itu stretching ini tidak digunakan dalam fisioterapi.
• Aerobic capacity. Kapasitas aerobik. Latihan yang membantu memperkuat jantung, paru-paru dan otot-otot yang berkaitan dengan sistem kardiovaskular.
• Strength. Kekuatan. Latihan yang membantu membangun otot yang kuat.
Walaupun jenis latihan akan bervariasi tergantung pada jenis rasa sakit dan komplikasi pasien, beberapa latihan intensitas rendah umum digunakan untuk mengobati berbagai jenis nyeri mencakup:
• Stationary bersepeda
• Berenang
• Berjalan
• Menggunakan bola latihan
• Peregangan, fleksibilitas
Latihan menawarkan manfaat kesehatan bagi orang-orang tanpa memandang apakah atau tidak mereka menderita sakit. Namun, program latihan dapat memiliki manfaat khusus bagi mereka yang menderita dari berbagai jenis nyeri.
Prinsip layanan rehabilitasi medic pada cedera olahraga
I. Atasi cederanya :
RICE.
Modalitas(fisiotherapi)
Obat.
II. Pertahankan Kebugaran Jasmani Dengan Terapi Latihan.
Kapasitas Aerobik (sepeda,renang).
Kelenturan Otot (stretching).
Kekuatan Otot .
Daya Tahan Otot.
Daya Ledak Otot.
Keseimbangan.
Koordinasi.
Speed.
Agility.
Factor Anaerobik.
III. Program-program tersebut diberikan sesuai kondisi cederanya, dengan tujuan atlet bisa bermain kembali secepat mungkin atau alih profesi.
IV. Banyak kesalahan cedera atlet hanya ditangani bagian yang cederanya saja, sehingga bila atlet bermain kembali mudah terjadi cedera lagi atau kebugarannya tidak maksimal.
TIPS PENCEGAHAN DAN REHABILITASI CEDERA OLAHRAGA.
A. CEDERA ANGGOTA BADAN ATAS.
1. Leher.
KELAINAN PADA LEHER.
Strain.
Diakibatkan karena gerakan yang tiba-tiba sehingga mengakibatkan robeknya otot pada leher atau terkena benturan. Terapinya dengan dikompres es pada bagian yang sakit, satu hari kemudian dapat dikompres dengan air hangat, lalu dapat dilakuan massage dengan telapak tangan bukan dengan jari tangan.
Pencegahan dan rehabilitasinya
a. Fisiotherapi Modalitas :
b. penguatan (kepala melawan arah tenaga tangan),
c. kelenturan (stretching).
d. Berenang,Jogging,Sepeda (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
2. Cedera pada bahu.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isometric(tidak ada gerakan)dan isotonic(ada gerakan).
d. Berenang.selain untuk relaksasi otot-otot yang cedera,berenang juga untuk latihan aerobic. (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
3. Frozen shoulder/kekakuan sendi bahu.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. fingger ladder (jari berjalan ditembok secara perlahan-lahan).
c. Shoulder wheel (gerakan memutar pada persendian bahu dari lingkaran kecil ke lingkaran yang besar).
d. Coddman exercise (sama dengan shoulser wheel, hanya ditambahkan dengan membawa beban).
e. Jogging,Sepeda (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
4. Cedera siku.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isotonic(ada gerakan).
d. Jogging,Berenang,Sepeda (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
5. Cedera pada lengan bawah,pergelangan dan tangan.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isotonic(ada gerakan).
d. Khusus tangan Terapi latihannya :digerakkan tangannya dan mengeggam /meremas bola.
e. Jogging,Berenang,Sepeda (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
6. Cedera pinggang.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
Terapi latihan pinggang :
• SLR (straight Legs Right) ; posisi badan berbaring. Kaki bergerak naik turun (flexi) secara perlahan dan bergantian kiri dan kanan dengan pengulanggan.
• ABD (abduksi) ; posisi badan miring kekanan lalu kekiri bergantian. Kaki yang satu berada diatas kaki yang lain. Kaki yang diatas melakukan gerakan abduksi (kaki bergerak keluar) secara perlahan dengan pengulangan.
• ADD (Adduksi) ; posisi badan miring kesamping kekiri lalu kekanan bergantian. Kaki yang satu berada dibawah kaki yang lain, kaki yang dibawah melakukan gerakan adduksi (kaki bergerak kedalam) secara perlahan dengan penggulangan.
• EXL (Extensi Legs) ; posisi badan telungkup. Kaki bergerak naik turun (extensi) secara perlahan dan bergantian kiri dan kanan dengan pengulanggan.
• Berenang, Sepeda (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).
B. CEDERA PADA ANGGOTA BADAN BAWAH.
1. Cedera pada hamstring.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isometric(tidak ada gerakan)dan isotonic(ada gerakan).
d. Berenang, selain untuk relaksasi otot-otot yang cedera,berenang juga untuk latihan aerobic. (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).selain berenang bisa juga dilakukan dengan sepeda,jogging.
2. Cedera pada quadriceps.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isometric(tidak ada gerakan)dan isotonic(ada gerakan).
d. Berenang, selain untuk relaksasi otot-otot yang cedera,berenang juga untuk latihan aerobic. (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).selain berenang bisa juga dilakukan dengan sepeda,jogging
3. Cedera pada lutut.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isometric(tidak ada gerakan)dan isotonic(ada gerakan).
d. Berenang, selain untuk relaksasi otot-otot yang cedera,berenang juga untuk latihan aerobic. (untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).selain berenang bisa juga dilakukan dengan sepeda.
e. Tidak diperkenankan untuk jogging.
4. Cedera pada ankle.
Pencegahan dan rehabilitasinya;
a. Fisiotherapi (modalitas)
b. Stretching/peregangan otot-otot sekitar.peregangan bisa dilakukan secara aktif(sendiri) dan pasif (dibantu )
c. Penguatan otot-otot sekitar (latihan beban),latihan beban bisa dilakukan dengan cara isometric(tidak ada gerakan)dan isotonic(ada gerakan).
d. Berenang.selain untuk relaksasi otot-otot yang cedera,berenang juga untuk latihan aerobic(untuk mempertahankan kebugaran selama proses pemulihan).,selain berenang bisa dilakukan dengan sepeda.
e. Tidak diperkenankan untuk jogging’
Catatan :
1. sebelum melakukan terapi latihan pada tempat yang cedera dilakukan penghitungan denyut nadi awal dalam keadaan istirahat.
2. bila denyut nadi tinggi maka intensitas latihan yang diberikan rendah, begitu juga sebaliknya.